Berputar di Pasar Malam Boyolali

Baru saja Ujian Akhir Semester (UAS) di Boyolali selesai (9/12), banyak orang bersuka cita, termasuk saya. Bagi saya, ada jeda untuk tidak jadi pengawas ujian. Jujur, es war nicht leicht, agak nggondok-nggondok sedikit, apalagi kalau harus menghadapi kenyataan, pelaksanaan ujian tidak 100% sesuai harapan. Banyak jawaban hasil curian. Aber ist halt so, kann man noch ändern. Schritt per schritt. 




Malam ini sehabis isya, ponakan yang juga baru selesai UAS dan saya pergi ke Pasar Malam. Nah, Pasar Malam ini hadir menyambut peringatan Maulid Nabi yang kebetulan jadwalnya berbarengan dengan libur akhir pekan yang agak panjang. 


Ini videonya : 






Lokasinya di Lapangan Sunggingan Boyolali dan sehr leicht zu erreichen. Ich brauche nur 10 Minuten eigentlich. Cuma butuh waktu sebentar, kami sudah sampai dan segera memarkir motor. Kami masuk lewat pintu bagian belakang. 


Tujuan saya hari itu adalah ingin naik Kurungan Pithik oder man nennt auch Riesenrad. Suasananya mengingatkan saya pada Ingelheim dan Jerman tahun lalu. Waaah, tombo kangen. Kami senang sekali. Masuk pertama kali di Sana, kami jalan-jalan sebentar. Saya sempat tersangkut di Salah satu tenda penjual Unterwäsche und hab etwas gekauft, saya membeli sesuatu. :D



Tak Cuma itu, ingatan masa kanak-kanak membayangi saya. Melihat penjual celenga, arum manis an tong setan, saya merasa dunia kanak-kanak belum lama terlewati. Wah.. wah.... 


20 Kali Putaran 


Tidak terlalu lama mengantri, kami pun dapat giliran masuk kurungan pithik. Cukup 6000, rindu saya terobati. Bdw, saya ketemu murid, hahaha. Dia agak kaget tahu saya juga ke Pasar Malam. Wah, la ini kan hiburan rakyat :D 



Pnakanku 






Biasanya setiap orang dapat jatah 3-5 kali putaran, tapi kami berdua harus rela putar-putar 20 kali. Pak penjaganya sepertinya lupa atau tidak melihat kami. Awalnya saya senang gak turun-turun, tapi lama kelamaan saya mual juga. 



Orang yang naik sehabis kami bahkan diturunkan duluan. Widih, kami sampai teriak-teriak minta turun. “Pak, ajeng midhuk niki (Pak mau turun ini)”. Entah putaran keberapa, bapaknya akhirnya melihat kami dan malah ketawa. 


“Wah, kayaknya ini jail.” Batin saya. Saya dan ponakan Cuma bisa menggerutu sambil ketawa-tawa sih, lalu akhirnya karena mungkin lelah mendengar teriakan dan suara kami, kami pun diturunkan. Hahahah. Saya langsung bilang ke Bapaknya, apa dia lupa dan gak liat kalo kami udah kelamaan naik. 


Rencananya saya pingin naik semua wahana, tapi karena kelamaan di Kurungan Pithik, saya cukupkan dulu. Kami pun jalan-jalan sebentar, sambil beli Arum manis dan kemudian pulang. Das reicht mich nicht. Ich will troztdem nochmal dort hin! :D 


Bis nächstes mal! 



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Berputar di Pasar Malam Boyolali"

Post a Comment

Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D