Kalau Gurumu Jadi Kolegamu

Gimana ya rasanya jika bekerja bersama dengan Guru saat kita sekolah? itu pertanyaan yang sempat terbersit dalam diri beberapa ribu hari lalu. Seingat saya, pertanyaan itu muncul ketika mengetahui Guru saya ternyata adalah alumni dari Sekolah di Tempat ia bekerja. Dulu murid, lalu berubah status jadi kolega.

Lalu sekarang, hal itu terjadi pada kehidupan yang saya pilih ini. Saya ini murid Guru-guru yang sekarang secara profesional disebut kolega kerja. Wahaha, rasanya gimana ya, nano-nano dan lucu, menegangkan, menyenangkan.
Mana ya mana... mana sih



Awalnya ya kaget dalam banyak hal, apalagi dengan budaya kerja. Persamaannya, waktu di Jerman saya termasuk paling “kecil” dan sekarang juga. maksudnya dari segi umur, segi pengalaman, adudu, saya ini masih butiran mungil yang perlu banyak latihan, latihan, kerja keras, semangat, doa dan cinta.

Apa saja yang kamu alami, ketika bekerja dalam satu lingkungan bersama Guru-Gurumu?


·         Ternyata bisa dibilang agak canggung, entahlah sampai sekarang saya sering memposisikan diri tetap sebagai murid. Guru-guru tercinta saya juga kadang-kadang begitu, contohnya dalam hal sapaan. Tidak dipanggil Bu/Ibu atau sejenisnya, saya sering dipanggil mbak atau malah kalau kelupaan Cuma nama.

Wo bin ich?


Tu kan, mau dipanggil bu juga lucu. Pernah, suatu hari saya berbincang bersama para Siswa dan Guru saya memanggil saya dengan sebutan Fitri tanpa embel-embel. Saya biasa dan cenderung menikmati hal itu, tapi beberapa siswa yang tidak tahu dan baru pertama mendengar agak kaget. “Aku murid kene kok cah. (aku murid sini kok dulu, red.)” jelas saya kemudian.

  • Positifnya dari keadaan ini, saya malah bisa santai saat konsultasi. Justru dari ketidaktahuan, keluguan, dan banyak hal yang kurang ini, saya bisa menentukan dengan siapa saya berkonsultasi. Ya, karena dulu sebagai murid, beberapa karakter guru masih teringat di dalam diri ini. Hahahasyah!
  • Lebih bisa bersikap, karena minimal pernah mengenal lingkungan tempat bekerja. Maksudnya, bisa berhati-hati dalam menghadapi dunia kerja yang memang keras.
  • Karena  pernah saling mengenal, sebetulnya agak mudah untuk beradaptasi. Namun, tergantung individu sih. Ya, seenggaknya dulu pernah nyumbang piala ke Sekolah hahaha. (Lah?}
  • Mungkin kamu akan merasa ragu untuk mengutarakan ide. Ingat, ga semua Guru yang kita kenal akan sama ketika menjadi kolega. Dunianya sudah lain. Usahakan tetap terus profesional.
Intinya, enak gak?

Jawaban satu sisi kurang imbang sih, ya ada enak dan gaknya juga. Enaknya sih bisa waspada dan bahagia, hehe. Walau memang sempat canggung, saya lebih cepat sadar (cie) untuk bersikap, berusaha profesional dan tidak banyak ragu-ragu. 

Intinya hati-hati bersikap dan dengan siapapun bersikap yang baik. Hormati orang dan jaga diri. (eeaaa). Ya, dunia kerja begitu berbeda, men... Tinggal pilih mana, mau tetap positif atau ikut-ikut negatif. Tetap harus menjaga batasan dan tetap pada pendirian. 

Sabar, sabar dan semangat1

Kalau kamu, gimana?

**Catatan ini dibuat sebagai refleksi setahun di Sekolah. Semangat, Pit, terus maju, berkembang dan tidak gemblung.




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kalau Gurumu Jadi Kolegamu"

Post a Comment

Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D