Tradisi Nyadran dan Padusan di Boyolali, Apa Maknanya Buatmu?

Terlepas oleh banyak hal yang telah terjadi, menikmati Ramadhan di Boyolali merupakan kebahagiaan lain yang diatur Tuhan dalam hidup. Belum ramadhan aja, hawa dan suasananya telah terendus dan terdeteksi. Tentu berbeda jika dibanding saat kecil dulu, yang isinya seneng terus dan tanpa beban. Ramadhan sewaktu kecil kalau dikenang indah sekali.

Ngomong-ngomong, emang apa saja yang khas di Boyolali sebelum Ramadhan dimulai? Ada dua hal bagi saya dan mungkin beberapa orang anggap “Boyolali banget”. Yang dulunya, Cuma saya tunggu asik-asiknya aja, sekarang sedikit-sedikit mulai bisa resapi dan rasakan isinya. Walau Cuma sedikit, rasanya lezat sekali. Halah!

NYADRAN


Adalah sebuah tradisi yang dinamakan nyadran. Heh, apa itu nyadran? Kalau baru pertama mendengar, akan saya pinjam definisi dari wikipedia. Nyadran itu artinya sraddha, yang dalam bahasa Sansekerta punya arti keyakinan dan bahasa Jawanya ruwah syakban. Secara teori, saya tidak bisa banyak menjabarkan. Intinya, nyadran itu adalah rangkaian upacara menjelang Ramadhan. Nyadran itu dimulai dengan bersih-bersih makam dan makan-makan. Weh, Gimana tu?

Hanya gambaran, saya ga foto-foto sih kemarin


Tradisi nyadran di Boyolali ada di Beberapa Desa, contoh Musuk, Cepogo dan Ampel. Ada jadwal tersendiri lo, di Cepogo waktu itu tanggal 13 Mei, masih di Cepogo tapi di Desa Tumang itu 17 Mei, di daerah Ampel ada yang 19 Mei. Walaupun satu wilayah, RT A dan RT B bisa berbeda loh pelaksanaannya. Beberapa kali bertanya, saya belum mendapat jawaban yang memuaskan, kok bisa to pelaksanaannya beda-beda. Jika saya sudah tahu, akan saya tuliskan mengapa.

Nyadran itu identik dengan bersih-bersih makam. Bagi saya, ini adalah bentuk perhatian bagi mereka yang sudah mendahului mati. Mungkin hari-hari sebelumnya, banyak orang jarang datang ke Makam untuk menengok, nah nyadran ini jadi waktu yang dirasa tepat ke Sana. 

Saya tahu, makam itu tempat mayat-mayat dikebumikan. Yang saya bersihkan adalah gundukan tanahnya bukan mayatnya. Namun, bagi saya itu semacam bentuk komunikasi buat mereka yang sudah mati. Yang kita doakan bukan tanahnya, tapi mereka. Semoga tenang dan bahagia. Saya percaya, Tuhan menyampaikannya. Nyadran kali ini begitu haru, karena yang saya bersihkan makam Ibu, Bapak , Kakak. Sekarang rumah mereka di Pemakaman. Waaaw, hidup kok tidak bisa diprediksi.

Kalau di Desa yang saya sebutkan tadi, beberapa itu melakukan tahlil dulu malamnya, lalu paginya bersih-bersih makam dan membawa jajanan yang kemudian dibagi-bagikan. Begitu deh. Eits, tapi kan nyadran itu sebuah rangkaian. Ada rangakaian lain yang belum saya ceritakan.

Khasnya dalam nyadran itu adalah makan-makannya juga lo. Berkunjung ke Rumah saudara, kerabat atau handai taulan. Di Sinilah sebagai tamu, kita bisa menikmati jajanan dan makan besar di Rumah sang Tuan Rumah. Kita akan dijamu. Wah, saya beruntung sekali punya saudara di Tumang dan di Cepogo lo. Menu khasnya biasanya ada bakso, terus rempeyek, nasi ati, sate.

Bagi mereka, banyak tamu banyak rezeki. Harus punya persediaan makanan yang banyak, karena yang akan datang ke Rumah tidak Cuma satu dua, bisa sampai ratusan mungkin juga ribuan. Lha dari pagi sampai malam kok.

Kalau sampeyan ke Tumang contohnya, siap-siap aja jalanan ramai, banyak yang naik mobil brondol, banyak anak muda kelaparan ehhh yang ditemui. Tapi,  Ini poinnya, silaturrahmi.

Nyadran itu jadi ajang membangun komunikasi, ajang istirahat dari capeknya bekerja. Makanya, gak sedikit yang ambil cuti saat nyadran. Pulang, ketemu saudara sambil makan-makan, ngobrol, bercerita, berbagi, bertukar kabar. Ini indahnya hidup, lha kapan lagi kamu bisa ketemu keluargamu, saudara-saudaramu? Apa ya gak capek kerja terus. Mumpung belum masuk liang kubur. Sebetulnya, makan-makan itu kan bonusnya, bonus dari pertemuan dengan orang-orang itu.

Jadi awalnya, kita masuk ke Rumah lalu ketemu yang punya atau yang kita kenal bahkan dengan yang ga kita kenal. Mereka biasanya membuatkan minuman, kita disuguhi cemilan. Dirasa cukup, kita dipersilahkan makan besar. Jadi kita ke Ruang makan. Nah, kira-kira selesai,kita keluar dan ngobrol lagi lalu pamit. Terus yang makan gantian deh. Begitu lo nyadranku di Boyolali.

PADUSAN

Selain nyadran, ada satu lagi yang disebut dengan padusan. Padusan ini biasanya dilakukan di Pemandian. Wihihi, kebetulan tempat kerja saya dekat dengan pemandian, jadi kerasa aja suasananya. Walau, saya sudah lama sekali tidak ikut padusan di Pemandian.

Padusan itu dari nama adus atau mandi. Tidak sekedar, kungkum, jebar-jebur, renang dan basah-basahan. Padusan itu ajang menyambut Ramadhan dengan membersihkan diri. Ey ey, mau ketemu Gebetan aja mandi, dandan, pakai ini itu masak ketemu Ramadhan biasa aja.

Jalanan akan ramai, pemandian penuh dengan orang. Herannya kok tiap tahun selalu ramai ya? Ya itu di Situlah nikmatnya. Mungkin itulah bentuk penghormatan kita pada Tuhan dengan adanya Ramadhan. Walau saya gak ikut padusan di Pemandian, saya padusan sendiri di Rumah. Menikmati guyuran air, mengeramasi rambut di Kepala agar ringan, karena keramas itu simbol bahwa masalah itu bisa diselesaikan dengan kepala dingin hehe, saya mencoba berdandan dengan menyisir rambut, memakai gincu lalu tidur (ora ora bukan itu haha).

Tlatar Boyolali


Padusan itu bentuk penghargaan buat diri sendiri, bahwa masih bisa ketemu Ramadhan, bisa ibadah kepada Tuhan yang sudah memberi banyak hal. Memberi utangan, memberi sehat, memberi kawan, memberi lawan, dan banyak lagi. kita bersih-bersih ya untuk diri sendiri, kalau wangi ya kita yang untung kok. Orang lain mana peduli sih. Padusan itu ya untuk kita.

Enaknya bisa Ramadhan. Ya Allah semoga bantu hambamu yang mungil ini agar rezeki lancar, berkah barokah, hutang-hutangnya dalam berbagai bentuk lunas dan tidak gemblung. Amin

Ihihi

Itu tadi yang Ramadhan yang  Boyolali banget buat saya. Pada dasarnya, nyadran dan padusan itu masih banyak dilakukan di Jawa. Semoga tetap lestari, karena maknanya gak habis-habis buat dipelajari.

Salam dari FA!


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tradisi Nyadran dan Padusan di Boyolali, Apa Maknanya Buatmu?"

Post a Comment

Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D