Pengalaman Jadi Wali Kelas (1)


Ketika mendapat amanat menjadi wali kelas, tentu saja saya kaget dan merasa belum percaya diri. Namun, tidak ada alasan logis untuk menolak tugas ini. Ya, masa ini akan datang tentunya, masa dimana saya harus menjalani apa yang menjadi tugas.


Bagi saya kelas pertama ini begitu menantang, saat itu mereka mengatakan bahwa kebanyakan darinya adalah korban zonasi (2019). Maksudnya, pada saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) banyak dari mereka yang sekolah di Sini bukan karena kehendak sendiri, tapi karena sistem saat itu, dimana salah satu penentu diterima di SMA adalah jarak rumah-ke Sekolah. Ini saya ketahui setelah mereka mengisi angket sederhana yang saya buat.



VC
VC

VC


Saya sempat bingung dan khawatir, bisakah mereka membuka hati buat sekolah dan saya? Saya pun banyak meminta nasihat pada Guru senior, dan intinya mereka mengatakan saya akan menemukan jawabannya sendiri hahahaha. Bener juga sih.


VC

Awal-awal ya canggung, baik saat komunikasi lisan maupun tulis. Malah, bulan awal saya sering dites dengan pertanyaan. “Frau, aku siapa hayo?” So, saya pikir tugas pertama saya adalah menghafal nama mereka. Ini penting bukan, masak mau jadi “orang tua-nya”, kagak hafal nama. Hahaha!


VC

Makanya, pengumpulan biodata + foto sangat penting di awal. Saya juga bikin angket dimana salah satu pertanyaanya adalah akun IG mereka. Tujuannya biar saya bisa kepo. Jadi, setelah mendapat data, segera saya follow mereka pakai akun @deutsch_sman2boyolali. Ya, lumayanlah saya jadi punya gambaran dari mereka lewat feed IG-nya dan story.

Dulu saya punya angan, untuk memberi hadiah setiap ada yang ulang tahun. Sayangnya, saat itu saya tidak mengajak murid kerjasama. Saya kendalikan sendiri dan akhirnya? BUBAR! No, harusnya ini dilakukan bersama, jadi program kelas gitulah. Hmm...

Saya pikir jadi wali kelas itu ya Cuma saat di Sekolah aja sih kerjanya, realitanya? Harus punya waktu juga diluar jam kerja, lha kadang mereka ada yang tanya, protes dan curhat saat di Rumah kok (via Whatsapp). Ya, saya kadang balasnya ga bisa langsung, karena di Rumah kan saya juga punya tugas hahaha. Maaf ya kamimajos (kelas X MIPA 5), belum maksimal.

Untuk meningkatkan rasa bangga dan PERCAYA mereka pada sekolah, saya pernah mengundang Alumni yang sudah kuliah untuk memberi motivasi. Kenapa? Soalnya dulu ada yang bilang kalau sekolah di Situ gak akan bisa kuliah T,T hadeeeh. Daripada saya banyak omong, saya minta tolong mereka yang kebetulan keterima di Univ Favorit (versi anak kamima). Puji Syukur, alumni dengan senang hati datang ke Kamima waktu itu. Selain itu, pada waktu tertentu, saya panggil satu-satu, biasanya pas pelajaran saya atau pas hari Jumat.

Jujur, saya punya target menjadikan kelas saya waktu itu untuk jadi kelas SNMPTN atau kelas yang semuanya lanjut pendidikan ke PT/kerja.


Oya, setelah jadi wali kelas saya baru tahu kalau ada 12 tugas pokok wali kelas lo :

12 langkah wali kelas
12 langkah wali kelas






Ada masalah selama jadi wali?

  • Tentu! Tapi, saya mau cerita bahwa masalah pertama yang dihadapi adalah ketika ada 5 anak yang hpnya disita guru bahasa Indonesia. Wehehehe! Saya hukum? Iya, setelah diberi saran guru Bimbingan Konseling (BK), akhirnya mereka hanya diminta menulis surat pernyataan dan ditanda-tangani ortu dan saya minta mereka suruh foto aja ma ortunya hahaha.
  • Masalah mental aja, ketika saya harus berhadapan dengan orang tua/wali murid. Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh keberanian. Tapi, jujur saya juga belum maksimal.
  • Ketika tahu ada siswa yang bermasalah ekonomi, tapi puji syukur orang tua mereka sangat kooperatif.
  • Ada yang marahan di Kelas sampai berbulan-bulan
  • Ada yang merasa dibully
  • Sekelas kompak protes akan sesuatu dan kami sampai ke Kepala Sekolah. Sejauh ini, hal tersebut adalah masalah yang bikin kelas kami viral.
  • Saya kan juga guru mapel Jerman untuk semua kelas X waktu itu, yang saya pelajari adalah bagaimana tidak timbul sikap egosentrisme yang pengennya kalau apa-apa mengunggulkan kelas saya sendiri. Hahahah! Harus netral dan mau melek akan potensi siswa di Kelas lain.
  • Bersikap sewajarnya dan tidak mengungkit masa lalu mereka.
  • Ada lagi sih masalahnya, tapi belum siap cerita.



  • Tahun ini saya jadi wali lagi untuk kelas XI, bismillah semoga lebih baik/ Yupp, sementara ini di Kelas baru saya baru bisa Video Call dulu mengecek mereka. Hmm, tapi saya merasa belum bisa mengambil hati kelas baru ini. Tantangan baru! Semoga bisa melakukan yang terbaik!



Foto siswa telah mendapat persetujuan dari ybs untuk diupload di Blog ini.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengalaman Jadi Wali Kelas (1)"

Post a Comment

Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D