Berkepribadian dalam Kebudayaan Melalui Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Oleh Fitri Ananda, guru Bahasa Jerman SMK N 1 Mojosongo dan SMA N 2 Boyolali.

Salah satu konsep Trisakti Bung Karno selain Berdaulat dalam politik, Berdikari dalam ekonomi, adalah Berkepribadian dalam Kebudayaan. Budaya sendiri memiliki makna yang luas. Namun, pengertiannya dapat dipahami melalui pendapat Sir Edward Burnett Tylor yang menyatakan budaya adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat” (Reisinger, 2009).

Pada konsep berkepribadian dalam kebudayaan, kita sebagai bangsa Indonesia diharapkan dapat berpegang teguh dalam nilai-nilai baik dari bangsa serta tidak melupakan budaya luhur kita sendiri. Hal ini juga sesuai dengan pepatah dalam bahasa Jawa yang berbunyi Rum Kuncaraning Bangsa, Dumenung Haneng Luhuring Budaya yang bermakna “nama dan tingginya derajat suatu bangsa terletak pada luhurnya Budaya.”

Budaya di Indonesia sangatlah beragam, ada yang berbentuk benda dan non benda. Contoh benda adalah candi, karena candi bisa dirasa dan dilihat dengan jelas. Adapun non benda contohnya adalah adat istiadat dan perilaku. Perilaku masyarakat Indonesia seharusnya bepedoman dari Pancasila, karena Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia. Selain itu, Indonesia juga mahsyur sebagai negara yang berbudaya.

Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila


Mengingat   luasnya makna yang terkandung dalam budaya, generasi saat ini dapat memaknainya  melalui penguatan Profil pelajar pancasila. Menurut  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024,    Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama yaitu beriman-bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa & berakhlak muliaberkebinekaan globalbergotong royongmandiribernalar kritis, dan kreatif. 

Enam dimensi utama ini dapat menjadi sarana generasi muda untuk melestarikan budaya non benda Indonesia yang ada dan bahkan dari hal tersebut budaya dapat dikembangkan. Seperti pesan Bapak Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) dalam sambutannya pada acara   "Penguatan Karakter Pancasila bagi Generasi Milenial Untuk Indonesia Tangguh" (14/06).Ia mengatakan bahwa Budaya tidak hanya diuri-uri, tapi juga dikembangkan.

Penjelasan Singkat dan Cara Penguatan Profil Pelajar Pancasila

  1. Jelas tersemat bahwa pelajar atau generasi muda menjadi pribadi yang memiliki akhlak mulia, percaya dan bertakwa. Individu yang memaknainya dengan baik, tentu akan peduli terhadap Pencipta dan segala yang diciptakannya. Seperti alam dan makhluk hidup lainnya. Ia akan menjadi Individu yang taat, menghormati Individu lain, menjaga alam, peduli pada keberlangsungan hidup anak cucunya kelak. Jika ini dihayati dengan baik, maka akan tetap terwujud Bangsa Indonesia yang santun, agamis, ramah tamah dan cendekia. Cara yang dapat dilakukan adalah mengembalikan fungsi keluarga, sekolah dan masyarakat dengan baik. Individu harus menyadari perannya masing-masing dalam setiap bagian. Keluarga memberi fondasi, sekolah menguatkan, masyarakat menjadi tempat aktualisasi diri.
  2. Berkebhinekaan global membuat seseIndividu menjadi lebih cerah pikirannya, karena bergaul dan mau mengerti budaya Individu lain. Ini cerminan dari sifat pengertian dan cerdas budaya. Sesuai dengan pernyataan Early (2002) menjelaskan bahwa kecerdasan budaya adalah kemampuan seseIndividu untuk beradaptasi dengan budaya baru yang diterapkan berdasarkan berbagai aspek termasuk kognitif, motivasi, dan perilaku. Kecerdasan budaya meliputi dimensi metakognitif, cognitive, motivasi, dan perilaku Yang paling penting, dengan dimensi ini Individu juga tidak akan meninggalkan budayanya sendiri.. Cara yang dapat dilakukan untuk terus memupuknya adalah mengoptimalkan fungsi media sosial baik yang dikelola oleh sekolah maupun masyarakat. Tontonan sehari-hari akan menjadi tuntunan.
  3. Gotong Royong merupakan kata yang tidak asing bagi kita, perilaku ini erat kita kaitkan dengan makna kerja bersama atau saling bantu. Menurut  Djamari, Gotong Royong adalah kerja bersama dalam upaya mencukupi kebutuhan dan menghadapi permasalahan secara bersama. Ini merupakan salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan adanya gotong royong diharapkan Individu dapat berbagi, kerjasama, dan meningkatkan kepedulian. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan penyadaran peran individu dalam kehidupannya. Keluarga dapat menjadi garda terdepan dalam hal ini dan tempat pertama individu dalam menghadapi hari-harinya. 
  4. Mandiri adalah harapan yang dapat menjadi kenyataan lewat kebiasaan. Apa yang dilihat dan dikonsumsi individu, terpengaruh dari kesehariannya. Mandiri tidak hanya mampu melakukan apapun sendirian, tapi juga mampu berdikari di atas kaki sendiri untuk memenuhi kebutuhan. Lagi-lagi, keluarga, sekolah, lingkungan, serta media sosial sangatlah berperan mempengaruhi perilaku individu.
  5. Kemandirian, bernalar kritis dan kreatif menjadi terhubung satu sama lain, bilamana hal tersebut dipupuk sejak dini. Individu mandiri akan bernalar kritis untuk memecahkan masalah dan menjadi kreatif dalam menghasilkan sesuatu terkait masalahnya. Cara yang dapat dilakukan adalah sering berdiskusi, membaca dan melihat permasalahan sekitar. Individu diminta untuk bekerjasama memecahkan masalah seperti isu lingkungan, industri - ekonomi kreatif

Kesimpulan

1.      Memiliki pribadi yang berbudaya perlu dibiasakan. Hal tersebut dapat terwujud atas peran keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan sekitar dan  juga media sosial. 

2.      Berkepribadian dalam kebudayaan dapat diasah melalui penguatan profil pelajar pancasila dengan proyek bertema khusus sebagai implementasinya.

3.      Di Sekolah contohnya, terdapat tema-tema relevan yang dapat diimplementasikan yaitu : Isu Lingkungan, Kearifan Lokal, Bhineka Tunggal Ika, Kesehatan Fisik dan Mental, Demokrasi, Berekayasa dan Berteknolohi untuk Membangun NKRI, Kewirausahaan.

4.      Dalam penyampaian dimensi dilakukan sejak dini dan secara bertahap sesuai tahap perkembangannya.

Sumber Referensi

Reisinger, Y. (2009). International tourism: Cultures and behavior. Butterworth-Heinemann

https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/profil-pelajar-pancasila/

https://scholar.ui.ac.id/en/publications/pengaruh-media-sosial-terhadap-pengalaman-multikultural-dan-kecer

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Berkepribadian dalam Kebudayaan Melalui Penguatan Profil Pelajar Pancasila "

Post a Comment

Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D