Pengalaman Lomba Drama Audio MOdern Tingkat Provinsi Jateng 2021

Terima kasih 2021 untuk banyak kesempatannya, terima kasih mein Gott! 

Pada bulan Oktober lalu ada banyak agenda dadakan yang membuat fokus saya jadi bertambah, hehe. Ada beberapa kompetisi untuk Guru dan siswa yang diikuti dan semuanya luar biasa seru, menampar dan menggoda untuk terus diikuti.

Ada sebuah kompetisi yang digelar BPTIK Dikbud Jateng dimana timnya harus terdiri dari siswa dan guru. Setiap tahun lombanya bisa berbeda dan tidak hanya satu. Tahun lalu, saya mulai memberanikan diri untuk ikut. Lomba video pembelajaran sesuai mata pelajaran yang diampu. Rencana ikut saat itu sudah lama, namun eksekusinya yang mendadak. Jadilah, saya dan 3 siswa (Okta Intan, Adela dan Habibi) mendaftarkan diri. Hari terakhir, satu jam sebelum deadline saya baru mengirim.

Ini dia video yang saya kirim. Video belajar kosakata perkenalan bahasa Jerman. 

Belajar Jerman lomba video Fitri
lomba dadakan


Native speaker yang hadir di Situ pun diundang mendadak, karena seorang teman dari Jerman juga mendadak membatalkan janji karena hal teknis. Makasi ya pak Jan. Hehehhe, uda setahun aja nih, semoga bisa segera ke Boyolali ya :D terutama ke Sekolah kami hehehe!

Untuk lebih jelasnya, silahkan kunjungi Jateng Pintar, semua video lomba ada di Situ. Jateng Pintar ini aplikasi untuk guru dan siswa ya. 

Walaupun saat itu belum juara, tapi lumayan lah dapat apresiasi sebagai salah satu DAFTAR PENERIMA PENGHARGAAN LEARNING OBJECT JENJANG SMA.

Setelah tahu judul lain yang ada di Situ, saya jadi tahu diri pantas saja saya belum 3 besar. Alhamdulillah, pengalaman itu jadi ajang belajar dan koreksi diri. Seperti kata Pak Agung, tujuan ikut lomba itu bukan hanya untuk menang, namun lebih dari itu, untuk memperbaiki kualitas diri, menilai diri lalu melangkah lagi. 

2021 ini saya akhirnya memutuskan untuk ikut lagi dengan kategori lomba baru, yaitu drama audio modern. Bdw, saat itu banyak barengan lomba siswa juga dan saya harus ikut jadi timnya. Itu ajang balas dendam buat saya hahah, setelah beberapa waktu belajar untuk ujian P3K tahap 1.

Nah, untuk drama audio modern ini bisa didengar di Sini ya Radio Audisi Jateng

Seperti yang sudah-sudah, rencana ikut lomba itu sudah jauh hari, bahkan awal ketika pengumuman bulan Oktober keluar. Tapi, eksekusinya ya November, menjelang deadline xixixix. Melalui rembugan dengan para Suhu (Pak Ripto, Bu Yuli dan Pak Zuhri), mantablah diri ini untuk mengangkat Gamelan. Garis besar cerita sudah, tim lombanya yang belum, hahah. 

Setelah berdoa dan berpikir, Tuhan menyatukan guru Jerman, Bu Sulis klik aja Blognya  guru Jawa, Dika (kelas XII IPS) dan Trisna (kelas XI MIPA) dalam satu tim yang namanya saja juga diputuskan spontan saat mengisi form pengumpulan berkas. Hiyaaaak, tim DeJava. DeJava itu juga singkatan ngasal dari Deutsch dan Java, maksudnya ada guru Jerman, Jawa dan muridnya juga, yang kelas XII dapat Jerman, yang kelas XI dapat Jawa, Inggris, Indonesia aja.

Perjalanan bikin naskah, latihan, rekaman dan edit audionya lumayan singkat. Intinya tadi, serba cepet. Rekaman gamelan, sama si Trisna di Sekolah sekitar satu jam.

gamelan smada

Latihan 2 kali, bahkan saya sempat pingin mundur. Sempat akn terlintas ucapan "kita batal maju aja ya, kayaknya gak nyandak deh". Tapi akhirnya, tetep latihan kok. Nah, ini nih inti cerita kami, dibuat dengan kepercayaan akan kolaborasi. Drama kami ini berbahasa Jawa dan adanya bu Sulis sangat tepat untuk alih bahasa, supaya yang disampaikan sesuai kaidah dan tidak asal njawani heheheh.

Nih, sinopsisnya dibuat siswa ya :

Kisah bermula dari Wido, seorang anak SMA yang memiliki kebiasaanbermain game tanpa kenal waktu dan situasi, dimana hal tersebut seringkali menjadikan ia berperilaku kurang sopan terhadap orang tua.

Ibunya, Bu Gondo, menitipkan Wido untuk sementara waktu di rumah sang adik yang bernama Sulis, dan tinggal di Sragen serta memiliki sekolah karawitan.

Hal tersebut dilakukan dengan maksud dan harapan agar si anak bisa belajar Bahasa Jawa serta gamelan, mengerti makna filosofi tentang gamelan, bisa menjadi pribadi yang lebih baik, serta menghilangkan kebiasaan buruknya. 

Drama audio ini sesuai dengan 4 nilai budaya Jawa, yaitu keyakinan, pencapaian, kesabaran dan keselarasan. Wido yang terpaksa mengikuti arahan ibunya, harus rela tinggal di Sragen dan belajar banyak. Harinya pun makin berwarna saat mengenal Tyas, dan ia pun makin semangat belajar karenanya.

Sayang, suatu hari Wido harus kecewa mengetahui kenyataan tentang Tyas. Namun, kecintaannya terhadap gamelan jauh lebih besar dari apa yang ia rasa, sehingga cukup mudah pula untuk ia menerima kenyataan yang ada.

Tibalah hari, dimana sudah dirasa cukup dan saatnya Wido kembali.Di saat itu pula ia sudah mahir bermain gamelan serta telah menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan sopan.

Dari kisah tersebut dapat dipetik simpulan, melalui bermain gamelan yang cara memainkannya harus dengan penuh kehati-hatian menyesuaikan laras, belajar semua makna filosofi yang terkandung di dalamnya, disertai kemauan diri yang serius, pendampingan yang konsisten dan ridha orang tua, maka perlahan akan menjadikan seseorang mengerti akan tujuan hidup yang sejati, serta perlahan pula mengubah pribadi diri, menjadi lebih baik.

Setelah pengumpulan karya, hal yang dilakukan adalah pasrah. Toh, sudah terlatih menghadapi kecewa kalau kalah hahahaha. 

Eh, pada 18 November dini hari, bu Sulis membagikan pengumuman yang ia lihat di Instagram, bahkan kawan saya dari sekolah lain, juga ikut memberi info.

finalis lomba drama audio modern Jateng 2021

Kaget dan bersyukur, dan menunggu kepastian untuk presentasinya. Dika sudah mulai persiapan isi presentasinya, sedangkan saya masih mikir.

Kami pun presentasi pada Sabtu, 20 November 2021.
Tim deJava smadaboy

dejava smadaboy

Saat presentasi kami banyak dapat masukan. Drama kami terlalu cepat, dialog kebanyakan harusnya banyak diselingi suara-suara, namun untuk plot twistnya emang menarik.

Pada 25 November, muncullah pengumuman ini.


juara lomba drama audio modern 2021 jateng

drama audio modern smada




Wah! Alhamdulillah! Proses luar biasa, terus berkarya untuk kami dan siswa.

Salam hangat dari kami, tim Dejava, SMA Negeri 2 Boyolali. Izinkan kami memaparkan Drama audio kami, yang berjudul, “Dadi Bocah Ndalan Lumantar Gamelan”, menjadi anak berkepribadian baik melalui gamelan.

Ada salah satu kutipan yang disampaikan oleh guru karawitan kami, yakni gendhing kuwi bisa ambabar alusing budi, gendhing dapat menjadikan karakter/pribadi seseorang menjadi lebih lembut dan baik. Hal tersebut  menjadi inspirasi, serta menjadi dasar jalannya cerita drama audio ini.

Dengan genre keluarga dibumbui cerita Romantis, kami mengajak para pendengar untuk ikut memabyangkan bagaimana Wido, tokoh utama drama ini berproses menjadi pribadi yang lebih baik. Pada permulaan diceritakan ia kecanduan bermain game, lalu sang Ibu (Bu Gondho)  yang merasa “sendiri” karena single parent meminta bantuan sang adik, bulik Sulis untuk mengenalkan Wido pada gamelan, dengan harapan hal ini menjadi obat candu Wido dan gamelan sebagai medianya. Sungguh relevan bukan dengan kenyataan bahwa banyak anak yang memang kecanduan dengan gadgetnya?

Pemilihan genre keluarga dilakukan dengan penuh pertimbangan, untuk menunjukkan bahwa keluarga adalah garda terdepan dalam pendidikan karakter anak. Saat bu Gondho  meminta bantuan adiknya it ad; bentuk kerjasama atau gotong royong, karena mendidik jika dilakukan secara kolaboratif akan lebih baik. Seperti proses pembuatan karya ini, kolaborasi antara siswa dan guru.

Proses Wido mencintai gamelan pun tidak semulus yang dibayangkan, ia awalnya terpaksa ingin belajar gamelan karena ingin berdekatan dengan pujaan hatinya, Tyas. (Sungguh khas cerita remaja) harus kecewa karena Tyas tidak bisa didekati. 

Gamelan adalah salah satu contoh bentuk kearifan lokal yang dimiliki Indonesia,  tidak hanya milik Boyolali saja. Gamelan sendiri merupakan Seni tradisional kebudayaan yang patut dan penting untuk mendapatkan perhatian karena kebudayaan merupakan identitas dari suatu bangsa.. Gamelan sendiri sudah diakui secara Internasional dan banyak dipelajari kaum manca.

Belajar adalah suatu proses, sehingga di Sini kami secara bertahap mengenalkan beberapa piranti gamelan, karena semuanya harus sedikit demi sedikit, alon-alon waton kelakon

Dalam perjalanan cerita, Wido pun mulai menemukan ketertarikannya bermain saron. Ini pun dihadirkan karena sesuai filosofinya yang berarti tegas dan keras dan bermakna bahwa manusia memiliki kewajiban untuk Berdakwah atau mengajak  kebaikan dan “dilakoni kanthi tegas lan pantang nyerah.”

Terkait budaya Jawa dalam pembelajaran, drama ini mengajarkan arti keyakinan, pencapaian, kesabaran dan keselarasan.

Melalui berbahasa Jawa dan  bermain gamelan yang cara memainkannya harus dengan penuh kehati-hatian menyesuaikan laras, belajar makna filosofi, disertai kemauan diri, pendampingan konsisten. dan ridha orang tua, maka perlahan akan menjadikan seseorang mengerti akan tujuan hidup yang sejati dan mengubah pribadi menjadi lebih baik.

Harapan drama audio ini, agar para pemuda mengenal gamelan, terbiasa berbahasa jawa,  dan perilakunya pun bisa menjadi baik (kapribaden ketimuran). Karakternya akan terbentuk, karena dalam memainkan memainkan alat² tersebut dibutuhkan keselarasan, kerja sama, dan kesabaran


Tahun ini luar biasa, walau belum berakhir, insya Allah masih ada kejutan, kebahagiaan dan prestasi, aamiin. 



 



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengalaman Lomba Drama Audio MOdern Tingkat Provinsi Jateng 2021"

Post a Comment

Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D