Catatan Jadi Wali Kelas yang Hobi Sambat

Saya sudah sempat cerita ya di beberapa post bahwa di Sekolah baru, tugas tambahan yang luar biasa adalah menjadi wali kelas. Kebetulan, kelas saya ini terkenal akan ke"lucu"annya. Hahaha. Dalam 9 bulan menemani mereka, ada beberapa kisah yang membekas :

1. Suatu waktu, pernah saya didiamkan mereka ketika masuk kelas. (Ini karena ada yang mengomando supaya tidak menyapa atau bahkan menjawab pertanyaan saya). Bukan konteks diprank ya, tapi ini serius. Posisinya, saya masuk kelas, salam dan ga ada yang jawab, bahkan yang cewek-cewek. Saya tanya, kenapa? Eh, diam. Disitu saya mulai merasa ada yang tidak beres.

2. Setelah mulai percaya diri menjadi guru di Sekolah baru, saya berani marah di Kelas mereka. Biasanya saya agak lembut, tapi kapan itu saya berani berteriak dan mulai marah. Hanya satu kali sih, tapi saya lega. Insya Allah, tidak menyasar satu orang, tapi semua. Kalau ada yang marah balik? Saya biasa saja. Ini karena saya tidak melindungi siswa yang ketahuan melanggar. 

3. Pernah diajak petak umpet dan menemukan tempat persembunyian mereka di Kandang. Pernah suatu hari, seorang siswa bilang bahwa dia lebih nyaman di Kandang. Aura di Kelas itu menyebalkan, katanya. Saya mau marah? Hampir, tapi saya ingat, mereka ini siswa jurusan peternakan. 

4. Punya siswa yang kalau berangkat selang-seling. Apapun pasti telat, termasuk sekedar foto ijazah. Kelas terunyu ini akan jadi sorotan, hadeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeh, guru baru, semangat baru, masalah lucu.

5. Saya sempat pusing ada perundungan (bullying) di Kelas. Mereka takut cerita dan entah pada suatu hari saya spontan minta mereka menulis unek-unek di Kertas yang siapkan, tidak perlu dinamai. Hasilnya? Semua yang dipendam hampir sama, ketidaknyamanan karena sering dibully. Orang yang dituju sama. Saya takut lo, dan bingung berbuat apa. Secara teori, saya tahu alurnya namun pelaksanaan? Tergantung. Daripada stress, saya minta bantuan guru bimbingan konseling. Setiap ada kesempatan, perbullyan jadi topik utama. Saya menyadari, metode ceramah tentang bullying untuk usia mereka benar-benar membosankan, apalagi tipikal siswa di Kelas lucu saya. Perlahan, ada secercah harapan. Orang yang biasanya membully (sempat dipanggil), mulai mengurangi. 

6. Pernah waktu ada upacara, siswa yang ikut hanya 8. Saya malu sekali.

7. Ada perkara yang tidak pernah terpikir dalam benak, terjadi di saat tak terduga. Saya sampai bertanya-tanya, apa maksud Tuhan memberi ujian mental ini buat saya. Hikmahnya, saya benar-benar punya pengalaman ini. Apa mungkin ini juga jawaban dari doa saya ya, pingin jadi guru hebat. Lha ini, hebat itu seharusnya bukan hanya di mapel saya saja, tapi lebih dari itu.

8. Khusus kelas saya, jam Jerman sering jadi jam konseling. Mereka ini kebanyakan butuh ngobrol. 

8. Saya pernah menyusuri sekolah sendirian hanya untuk menemukan letak persembunyian mereka.

9. Di awal semester saya jarang ketemu, karena kebetulan durasi pembelajaran saya hanya 45 menit ditambah waktu itu saya jadi mahasiswa PPG.

10. Mereka itu diajak foto susah!!!!!!!!!!!!!!

11. Latar belakang keluarga benar-benar bervariasi. 

12. Kebanyakan dari mereka, akan benci kalau saya mengadu ke orang tuanya.


😄😄😄😄😄😄😄

13. Butuh berbulan-bulan untuk mengumpulkan nomor ortu mereka yang aktif. Mereka tidak ingin ortu/walinya masuk grup.

13. Anak-anak rajin jadi merasa tersingkir, tapi patut diacungi jempol, piala dan segalanya, mereka bisa bertahan, masih mau berusaha, masih mau berprestasi, kebal, dan jujur kuat mental. Saya pernah, harus ke Kelas setelah mendengar rekaman adu mulut siswa pendiam dan yang itu... Ngeri dengarnya, naik pitam jadinya, saya ajak ngobrol gantian, dan yang rajin tadi mau mengalah, yang satu mulai berubah, tidak sok jagoan. Dekati dan perhatikan, nanti mereka salting dan pekewuh sendiri.

14. DIPROTES siswa rajin, karena katanya urusan saya hanya siswa yang nakal dan sering bolos. Ini nih, yang mulai bikin saya membuka mata. Masih banyak emas berkilauan walaupun sempat terhalang aspal.

Nah, walaupun demikian, lambat laun saya jadi terbiasa. Legowo, inilah jatah saya, jadi wali kelas di kelas luar biasa. Kalau tidak begini, saya gak akan punya pengalaman baru. Kepala sakit? Sudah tidak sesering dulu. Kawan saya yang lebih laman ngajar di Situ bilang, "ngapain dipikir sampai sakit, obat tensi mahal harganya." hehe, bener juga. Kuncinya adalah manajemen diri. Yah, memang kok belum sempurna, tapi setidaknya ini prestasi buat saya. Kalau sakit hati? Kadang-kadang masih, tapi cepat sembuhnya kok.

Kalau prestasi besar?

1. Semester 2, kelas saya bisa NIHIL lebih dari 5 kali.

2. Kebekuan mulai mencair.

3. Walau KAS sering kosong, kami berhasil mengadakan BUKA BERSAMA. Wihihii, tahu gak? Cuma gara-gara mau buber, kami sempat ribut. Sebagian yang "berani" heheh dengan entengnya minta wali kelas untuk menanggung biaya buber. Ya, jelas saya keberatan lah. To the point, saya langsung menjawab, kalau mau BUBER ya minimal urunan, 10-15 ribu. Seru banget ini, alhamdulillah, siswa yang peduli bisa mengorganisir semua, masih ada yang mau masak se bikin es buah, membantu mencuci piring ketika buber selesai. Bdw, bubernya di Rumah saya hahah. Saya ini baru ngurusin satu kelas begini udah sering emosi, gimana ya kalau jadi presiden? 

4. Masih banyak siswa yang mengikuti tata tertib, mereka mau berusaha jadi terbaik versi mereka. Sukses semua ya.

Bdw, saya percaya bahwa hidup ini proses. Kelucuan saat ini bisa jadi berubah dan jalan hidup orang, siapa yang tahu kecuali Tuhan? Terima kasih untuk pengalaman ini, nak. Jadilah terbaik dan positif. Nanti, kalau sudah lulus, tekuni hobimu yang katamu sering ga singkron sama jadwal sekolah.. hemmmmmmmm. Usaha yang gigih ya.. xixixi.

walas
wali kelas







Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Catatan Jadi Wali Kelas yang Hobi Sambat"

Post a Comment

Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D