Gigiku kemana, Cu?

Dalam Papan display tertera angka 129. Artinya, kamar nomor itu membunyikan bel panggilan kepada para perawat yang kebagian jaga sore itu. Dua perawat lain sedang sibuk, lalu perawat lain bilang padaku, “Fitri coba tolong kamu ke Sana tanya apa yang Mbah Mischo mau ya!”

Dengan langkah pelan, ku berjalan ke Sana. Kalau simbahnya kenapa-napa gimana ya, aduh takut. Pikirku neko-neko. Saat memasuki kamar, serta merta kutekan bel warna hijau supaya bel pemanggilnya mati.

“Kenapa mbah?”

“Itu cu, aku cari gigiku.”


Oh, gigi. Baguslah mbah bukan masalah serius. Gigi ini maksudnya gigi palsu. Biasanya sih gigi si mbah ini ada di meja kecil dekat ranjangnya, itu seingatku. Segera kutengok meja di sebelahnya.


👀


“Iya cu, biasanya di Sini.”

Aha, pasti gigi palsu ini sedang di Rendam dengan tablet pembersih. Pasti ada di Kamar mandi. Ku lihat kamar mandi dan membuka wadah kecil warna biru di Atas wastafel.

Kulongok kemudian di bawah ranjang mbah beranak tiga itu. Gak ada juga. Di Meja rias, di Meja makannya, di dekat telivisi juga gak ada. Di Tas make up juga gak ada. Hah mbah, kemana ni?

“Mbah, coba miring sebentar, mungkin jatuh di Tempat tidur mbah.” Kataku berharap.

Yiaaaduh, hasilnya nol. Yang kutemukan malah remahan roti.

Dua menit aku diam. pasti kolega lain membatin, ini kok Fitri lama banget di Bawah ya. Tu kan tak lama setelah itu kolega menghubungi lewat telepon khusus pekerja. "Fitri, alles okay?" Tanyanya. "Iya, cuma cari gigi kok."

Seketika aku tersenyum simpul dan mencoba membuktikan hipotesisku. Aku keluar sebentar dan mengambil sarung tangan plastik, kupakai segera. 

“Ayo mbah, mulutnya dibuka dulu.”


“Gak mau cu, gak ada giginya.”

“Ayo mbah, tak lihat dulu sebentar.”

Dengan hati-hati, kubuka mulut simbah ini. Untungnya aku sudah pakai sarung tangan.

Aku langsung tertawa sembarangan.

“Mbah hahahahha, itu giginya di Dalam coba dilepas dulu hahahhahaha.”

“Loh cu, kenapa di Dalam biasanya itu di Meja kok.” Katanya seraya mengeluarakan giginya dan menaruhnya di Meja.

Lha mbah, mbah tanya aku, aku tanya siapa donk?

“Bwahahahhah, mbah-mbah giginya jangan dimakan yaaa.” Kataku lirih sambil pamit pergi.

“Cu, kamu bilang apa tadi?”

“Bilang, selamat sore mbah semoga hari njenengan menyenangkan.”

Aku kemudian meninggalkan kamar dan tertawa sepanjang jalan. Di atas, kolegaku mendelik, “Heh, kamu kenapa?”

“Hahahah, mbah Mischo giginya......”

“Heehh Fitri.. ketawamu i loh, kenapa?”



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Gigiku kemana, Cu?"

Post a Comment

Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D