Jadi Pengawas Ujian? Jangan Loyo!

Ada banyak faktor yang membuat suasana ujian kondusif, salah satunya adalah sikap yang dilakukan oleh pengawas. Ketika pengawas memperlihatkan gaya lunak, siap-siap saja suasana kelas menjadi biasa saja, patah taringnya dan definisi ujian dari http://kbbi.web.id/uji yang bermakna sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu sesuatu (kepandaian, kemampuan, hasil belajar, dan sebagainya) secara individu, hanyalah angan-angan. Kenapa? Karena tidak murni individu lagi, banyak yang hasil kerjasama dengan jalan contek menyontek.


Ilustrasi Pura-Pura contekan. Karya Bela, Bas, Rega.

Pernah ada peserta ujian yang komentar bahwa dia gak nyaman ketika ujian ditunggu oleh pengawas “kejam”,  saya pun menjawab, yang ga nyaman gak Cuma pesertanya, pengawasnya juga, apalagi kalau para peserta ujian memperlihatkan beberapa gaya semacam ini :

  • Yang kelihatan mikir, mata ke arah atas, padahal lagi cari kesempatan ambil contekan.
  • Yang garuk kepala saat ketahuan.
  • Yang pura-pura pinjam tipe-x, padahal sekalian liat jawaban teman.
  • Yang udah dapat tipe-x, pura-pura gerakin tangan, padahal gak ngehapus apapun.
  • Yang nunduk terus, eh ternyata lagi liat catetan.
  • Yang tenang di Belakang, ternyata lembar jawab masih bersih, masih nunggu BANTUAN teman.
  • Yang tiba-tiba marah sama keadaan, karena ga bisa nyontek.
  • Yang pura-pura baca, padahal lagi ngelamun.
  • Yang serius beneran, diganggu sama yang males baca.
  • Yang ngawasin pengawas, ternyata pelan-pelan ambil hape dari saku celana.
  • Yang pura-pura ambil tisu, ternyata lagi ambil catetan di dalam laci.
  • Yang santai-santai, hapenya ditaruh laci, nunggu jawaban, sambil pura-pura nulis.
  • Yang melirik-lirik, ternyata lagi kasih kode ke teman.
  • Yang bawa tempat pensil, dibuka-buka terus nunggu kesempatan ambil jawaban.
  • Yang lagi konsen, diganggu pertanyaan dari samping, depan belakang.
  • Yang pelan-pelan nggeser tangan, eh ternyata catetannya di bawah lengan.
  • Yang sengaja bisik-bisik tukeran jawaban.
  • Yang terang-terangan berisik biar dapat jawaban.
  • Yang pasang tampak strong, tapi ternyata Cuma nunggu contekan, hahaha.
  • Yang sok bijaksana dengan bilang, kan kerjasama boleh bu?
  • Yang gerak dikit, dilihatin pengawas. 


Contek-menyontek? itu mah sudah biasa kalik! Biarin aja!

Wah, kalau semua pengawas berpikir macam itu, udah lah, gak perlu ujian sekalian. Kasian, ujian terlalu banyak, momok untuk mencapai nilai tuntas juga mengahantui.

Habis perkara, bukan? Tapi, sayangnya ujian masih terus ada dan salah satu guna pengawas  adalah untuk menjaga ketenangan serta menjalankan tata tertib yang sudah disepakati turun menurun yaitu : memperingatkan peserta ujian yang berlaku curang dan mencatatnya di Berita acara.


Sebetulnya Kadar parah kecurangan bisa diukur dan dirasakan sendiri oleh pengawas, wahahaha, begitulah yang saya rasakan walaupun masih seumur jagung.

Intinya, mengawas itu ya harus tegas, jangan setengah-setengah, karena mengawas adalah bentuk penghargaan  buat para Guru yang telah mengajar, para Guru yang membuat soal, mereka yang susah-susah menata soal, mereka yang bersusah payah kerja di Pabrik kertas (kalau ujian masih pake kertas), untuk mereka yang serius dan mau belajar serta untuk menghargai arti pengawas sendiri.

Dari beberapa pengamatan, kalau bisa saat menjadi pengawas, seseorang berusaha untuk menjalankan tanggung jawab sebaik-baiknya. Terus apa saja tips jadi Pengawas?

  • Sesuaikan situasi, kondisi dan pertimbangkan siapa yang sedang diawasi. Kecil, Remaja atau dewasa?
  • Mari berusaha menjauhkan diri dari Gadget, jangan terlalu mesra. Istirahatkan dia, gunakan seperlunya, jangan jadikan Gadget Cuma tempat pelampiasan membuang bosan. Sekali main Gadget, para peserta ujian akan teracuhkan. Kalau sudah teracuhkan berarti siap menerima resiko mereka akan gaduh dan contek-contekan.
  • Jangan hanya duduk di Kursi pengawas, sekali-kali ganti posisi.
  • Tunda ngobrolnya baik dengan sesama pengawas atau peserta ujian. Menurut saya, pengawas itu sebaiknya hemat bicara. Ngobrol bisa nanti-nati, tapi menegakkan kejujuran ujian ya saat itu, iya kan? Cie!
  • Mengerjakan tugas saat jadi pengawas? Gak masalah, kalau mengawas berdua. Eh, tapi masak diduakan sih, kan mengawas juga sama-sama tugas.
  • Baca Buku atau yang lain? Gak mengapa, asal jangan terlena, karena tugas mengawas masih membelenggumu. Hahaha!
  • Karena berani mengawas butuh proses, nikmati itu. Kalau baru pertama kali mengawas, biar keadaan yang mengajarkan kita, bagaimana harusnya melangkah.
  • Jika ada hal yang bertentangan, tanyakan lagi pada hati, apakah yang bertentangan itu perlu dilawan atau dijadikan kawan. Maksud saya, jika melihat kecurangan, apa langkah yang diambil?
  • Menjaga suasana kelas tenang dan kondusif adalah tugas pengawas saat ujian, kalau kelas ramai terus-terusan, mungkin saja kita gagal mengerjakan tugas. Masak jadi pengawas loyo? Malu ah sama tanda tangan, malu ah sama amplop.
  • Memberi kesempatan nyontek? Berarti tidak menghargai banyak orang yang serius belajar dan mendukung mereka yang malas membaca, malas berpikir, malas berproses. Kalimat ini saya dapat, karena melihat kenyataan bahwa baru 10 menit ujian sudah ada yang kasak-kusuk mengganngu peserta lain.
  • Mengawas di Belakang bisa dibilang jadi tempat strategis loh, karena dari belakang kita bisa leluasa menyaksikan banyak hal. Begitulah hidup, jangan Cuma lihat dari satu sisi saja.
  • Jika mau, beri peringatan di Awal agar para peserta mengumpulkan gadget, contekan dan buku catatan mereka. Kalau perlu, setengah jam pertama lihat laci dan kawan-kawan dari peserta ujian.
  • Sebaiknya jangan kebanyakan mondar-mandir, takut mengganggu konsentrasi para peserta ujian. Cukup beberapa kali.
  • Isi berita acara di awal-awal, tenang, dan teliti supaya tidak salah. Berikan waktu pada semua untuk tenang dan menikmati harinya,
  • Jika ada yang terlambat dan sudah bawa surat terlambat, biarlah ia masuk dan menata diri. Jangan banyak ditanya, jangan dimarahi, kasihan, udah telat, kena semprot awal, aduh mood ujian bisa rusak tuh. Daripada ganggu yang lain, persilahkan ia segera duduk dan membaca soal atau mengisi lembar jawabnya.
  • Terima resiko, ketika kita betul-betul mengawas (tidak hanya datang, duduk, diam dan nguap) akan ada peserta ujian yang tidak suka. Biarlah, suka atau tidak suka itu hak mereka. Selama, tidak menyakitinya lewat lisan dan kekerasan fisik, tugas mengawas harus dilaksanakan.
  • Kalau mengawas berdua? Ingat tugas kita bukan ngobrol, tapi mengawas. Jika diajak ngobrol, ngobrol sebentar dan sibukkan diri dengan jalan atau pindah saja ke Belakang.
  • Saya pernah dapat cerita dari guru sekolah Favorit di Kota saya,katanya gara-gara pengawas gak tegas dan malah ngobrol, ada peserta yang kemudian melapor ke Kepala Sekolah lewat pesan singkat.

Wih, tapi emang kondisi lingkungan serta peserta didik yang beda juga menentukan ya. Beruntungnya mereka yang jadi pengawas di Tempat yang daya saingnya tinggi, sehat dan individualis (saat ujian loh ya konteksnya)

  • Jika ada peserta didik yang memancing, contoh : “Bu, katanya dulu IPS, bantu kita jawab nomor 5 donk!”, jangan kepancing, jawab aja dengan, “Tanya kok sekarang, telat.” Kalau mereka sorak sorak, jangan tanggapi, pasang muka datar, lalu bertanyalah, “udah?” Hahahaha!
  • Peserta ujian makin kreatif dalam menyontek, jadilah pengawas yang lebih kreatif. Kenali gaya dan tipe menyontek. Bdw, bahkan ada panduan lengkapnya, haha, pengawas juga harus update.
  • Kalau ada yang ketauan nyontek dan itu parah? Kalau saya melihat Guru-Guru keren, mereka akan memberi peringatan pertama dengan mengganti lembar jawab. Peserta didik diberi baru, yang lama dicoret lalu diambil. Jadi, tidak terlalu merugikanlah. Mereka juga akan dicatat!
  • Jadi pengawas yang tenang, kalau tiba-tiba ada yang kurang soalnya, jangan langsung ditinggal dan cari soal. Nah, gunakan gadget di Saat-saat semacam ini. Ingat, menjaga kelas adalah tugas utama, jangan ditinggal, nanti mereka akan leluasa NYONTEK.


Jadi Pengawas, takut di”benci” siswa?

Belajar profesional dengan tidak mengungkit apa yang telah terjadi, karena pengawas hanya mengawas saat ujian. Setelah ujian bersikaplah sewajarnya. Benci dan tidak itu hak mereka, manusia tidak bisa menyenangkan semua orang.

Katanya, tetaplah mengajar dengan total, karena kadang-kadang benci dan cinta itu tipis. Kata Guru saya, jangan takut tidak disukai gara-gara mengawas ujian, tapi takutlah kalau kamu tidak bisa mengajar dengan total. Udah gitu intinya.

Dan bersyukur, ternyata budaya pekewuh nyontek masih ada. Buktinya ada yang marah dan ga berhasil nyontek.

****Lebih baik pernah bertindak, daripada pasrah dan pesimis!

Kalau ada yang menentang sikapmu saat jadi pengawas?

Kuatkan hatimu, berdoa, jangan jual pendirianmu hanya karena komentar satu atau dua orang. Karena meminjam kata Pak Urip di Blognya, mengawas ujian itu menjaga nilai kejujuran siswa.

Semangat Belajar, PIPID!
Jadilah Guru dan Pengawas handal! Ya Allah jika langkahku salah, maka betulkanlah. Amien.


**Unek-unek 
**Ditulis untuk diri sendiri
**Buat kamu, yang mungkin membacanya, heheh.

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Jadi Pengawas Ujian? Jangan Loyo!"

Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D