Melawan Takut #3 : Umbul Langse Boyolali dan Berkah Ceritanya untuk Kami

Sebagai orang Boyolali, pada November 2021 lalu adalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Umbul Langse. Umbul ini terletak di Nepen, Teras, Boyolali.

Nepen, Teras, Boyolali
Nepen, Teras, Boyolali



Kata guru saya, pak Muh. Zuhri, saat ini banyak orang yang sering melewati kawasan itu sebagai alternatif olahraga bersepeda. Sebab wejangan pak Zuhri pun saya akhirnya pergi ke Sana untuk membuktikan sendiri cerita mengenai keasrian umbul tersebut.

"Ada 3 pantangan yang tidak boleh dilanggar di Sana" kata banyak berita yang beredar.

1. Umbul tidak boleh dikomersialisasikan. Tak heran, masuk ke Sana tidak ada biaya tiket masuk. Hanya cukup bayar parkir saja.

2. Dilarang menangkap ikan di Umbul tersebut.

3. Umbul harus rutin dibersihkan dan dilarang ada sampah di Sana.

Yang menarik dari umbul Langse ini adalah bahwa umbul ini pernah kering, bahkan sampai kambing bisa bermain di dalamnya. 

Ini adalah sumber video yang menurut saya paling lengkap sebagai bukti bahwa Umbul Langse pernah kering, bersyukur banget bisa nemu ini. Terima kasih pemilik akun Youtube CKNETINA..





Setelah ada beberapa warga yang terpanggil hatinya, maka diadakanlah beberapa usaha, selain itu juga ada ritual, dan doa bersama agar Gusti bermurah hati menghidupkan umbul ini lagi. Maklum saja, air dari umbul Langse ini berfungsi untuk kebutuhan sehari-hari. 

Ada sebuah berita yang saya belum temukan sumbernya, katanya sempat umbul ini digunakan sumber untuk PDAM sampai luar kota, dan mungkin inilah alasan ilmiah mengapa umbul Langse pernah asat. 

Perjalanan saya ke Desa Nepen tidaklah sendiri, ditemani ponakan cilik. Tempatnya sejuk, tapi memang jalan ke Sana banyak lubangnya. 

Tepat di depan Kantor Kelurahan Nepen, Umbul ini berada. Tidak jauh juga dari SMA N 1 Teras. Bdw, Nepen ini berasal dari kata Nepi. Kata orang, desa ini dulunya sering menjadi tempat menepi. Yang saya tangkap, menepi di Sini sama seperti bermeditasi. 

Masih menurut cerita orang, dulu desa tersebut kering kerontang karena kemarau panjang, lalu tibalah seorang pangeran dari Jatinom, Klaten, dan melakukan pertapaan di Sana. 

Entah, bagaimana dari tempat ia bertapa keluarlah sebuah mata air. Mata air ini kemudian ditutupi LANGSE (kelambu putih) atas perintah Raja Keraton Kasunanan Surakarta. Itulah mengapa umbul ini dinamakan Langse. 

Kolamnya tdak terlalu besar, tapi sungguh airnya benar-benar jernih dan segar. Masih ada Pohon Beringin besar yang menaungi umbul. Suasananya memang menenangkan. 

Ketika kami sampai di Sana, saya malah mengira-ngira, dimana ya dulu sang Pangeran bertapa. Hehehe. 

Umbul Langse, Teras, Boyolali
Umbul Langse, Teras, Boyolali



Langse seakan hangat menyambut kami dan setelah saya kesana, saya baru tahu kalau suami saya waktu SD sering berenang kesini. Heheheh

Hanya 2000 perak yang saya keluarkan di Sini, itu karena ada pak parkir. Ya sudah, memang lebih aman kok kalau ada penjaga parkirnya. 

Cerita Langse yang sederhana, yang saat itu masih kami kumpulkan dari berbagai sumber, tak disangka membawa tim sekolah saya melangkah di Final lomba Story Telling kategori bahasa Jerman. Lomba ini diadakan oleh Qitep in Language. 

Ini adalah ajang kolaborasi antara guru dan siswa. Porsi yang dinilai lebih banyak tentu siswanya. Guru yang membukašŸ„°

Masuk final membuat kami harus tampil secara langsung via zoom dan hasilnya kami mendapatkan juara ketiga. Alhamdulillah! 

Pengumuman resminya adalah 7 Desember 2021 lalu. 

Saat kami tidak berekspetasi terlalu tinggi, Tuhan melahirkan mengejutkan kami dengan pengumuman tersebut. Luar biasa! 

Semua ini berawal dari 12 November 2021. Tanggal terakhir pengumpulan video lomba tersebut. Saya sebetulnya sudah berencana ikut dengan mengajak murid, tapi karena bareng dengan 4 lomba, akhirnya saya ikhlaskan diri tidak ikut saja. 

Namun, ternyata pada sore/malam harinya ada pengumuman bahwa batas pengumpulan video diperpanjang sampai 17 November. 

Hahahah, sebelum jauh bercerita... Perlu kiranya pembaca mengetahui informasi seputar lomba ya. 

Acara ini dihelat oleh :

Pusat Peningkatan Kualitas Guru dan Tenaga Kependidikan di Wilayah SEAMEO (QITEP) (SEAQIL) merupakan salah satu pusat regional dari Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO). Di Indonesia, SEAQIL berada di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pelatihan, seminar, lokakarya dan layanan lainnya. Nah, fokusnya ya peningkatan kualitas guru bahasa Asing gitu, seperti Inggris, Jerman, Mandarin, Perancis, Arab.

2021 saya juga pernah ikut kursusnya selama 6 bulan, nih ceritanya Kursus 6 Bulan Bersama Altissia dan SEAQIL

Untuk kompetisi yang saya cerita itu tidak hanya untuk bahasa Jerman ya, tapi bahasa lain yang sudah tertulis. 

Sejujurnya, memutuskan ikut kompetisi itu siswa (deka) dan saya malah sedang berada di titik terendah dan serasa mau menyerah. "Uweslah, tidak usah saja. "

Ini semua karena sebelumnya kami sempat mengalami kekecewaan dalam perlombaan, hahahha. Merasa sudah pol-polan, tapi belum meraih yang diharapkan. Kami legowo kok, tapi ndilalah kisah itu belum usai, malah baru saja terjadi. 

Ohoho tapi entah dorongan dari mana, saya malah yakin, "ayolah deka, kalau ini diperpanjang artinya ini perintah Tuhan untuk ikutan. "


Mulailah kami diskusi pada 15 November, turut serta Habibi, karena saya pikir siswanya boleh 2, ehm setelah dibaca lagi, syaratnya hanya satu saja. Habibi pun rela tak maju, wong dia juga sedang fokus lomba menulis feature yang diadakan Balairung UGM, and the result was amazing, dia juara favorit guys, peringkat 4 lho..... 

Awalnya nih, kami sempat sepakat memilih Sadranan sebagai judul, tapi malam hari menjelang jam 12 malam, saya WA pak Muh. Zuhri untuk minta koreksi. Ehh, di tengah kesibukannya sebagai asesor guru penggerak, pak Muh. Zuhri tetap meluangkan waktu membalas chat saya, bahkan langsung bilang, "Kenapa ga coba angkat umbul Langse saja? "

Pada perjalanan singkat ini, kekompakan dengan siswa diuji. Setelah dirasa siap soal naskah, kami bagi tugas, dia bagian foto, properti, saya yang ke Langse. Pokoknya pagi buta sebelum ngajar, ke Sana. Siangnya kami ketemu lagi buat rekaman. 

Jam 10 malam tgl 17 Nov, video dan berkas dikirim. 


Hasilnya? 



German Story Telling Seamolec Qitep in L
German Story Telling Seamolec Qitep in L





Kaget dan bersyukur masuk 3 besar. Setelah itu lanjut final. Awalnya, saya pikir itu uda fix, seneng-seneng aja kalau emang juara 3 hehheheheh, nyatanya masih harus tampil lagi.

Terima kasih untuk kesempatannya ya....




Itu video pas final. 

Saya sambung lagi lain hari ya :D

Salam dari kami :

German Story telling
xixixi




Terima kasih Langse, kapan-kapan ketemu lagi ya. Bersih dan berkah selalu, sayang:D


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Melawan Takut #3 : Umbul Langse Boyolali dan Berkah Ceritanya untuk Kami"

Post a Comment

Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D