Pengalaman Cabut Gigi dengan Menggunakan BPJS Kelas 3

Keputusan saya menunda periksa gigi dari 2021 awal lalu, ternyata tidak baik. Pikiran saya sudah neko-neko, malas kalau nanti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)-nya tidak terpakai, malas kalau harus urus ini itu. Padahal saya sudah dengar pengalaman orang tentang cabut gigi dan dia tak mengalami keribetan seperti yang saya utarakan, tapi ya kalau dari hati belum tergerak, berat untuk menjalani. Heheh

Sampailah pada hari dimana saya tidak bisa menahan ketidaknyamanan akan gigi geraham bungsu yang tumbuh miring menghadap pipi itu. Makin lama makin kelihatan giginya. Dulu waktu giginya masih terlihat sedikit, saya acuhkan, karena saya pikir ya nanti normal-normal saja. Hmmmm.

Tak cuma itu, ternyata gigi geraham atas pojok kiri saya itu juga bermasalah. Ini sebenarnya terjadi 2015 lalu, saat musim dingin, saya makan coklat dari mesin otomatis karena gabut menanti kereta dari Ingelheim ke Mainz. "Mak kletak", saking atosnya, gigi saya jadi linu. 

Setelah dipaksa periksa sama kolega-kolega, akhirnya saya mau ke dokter gigi yang untungnya tak jauh dari tempat kerja. Hari itu juga ada 4 gigi yang ditambal dengan amalgam, dan proses paling lama adalah menambah gigi geraham atas yang ternyata patah sedikit. Saya juga heran, kok bisa makan coklat bikin patah ya? Apa memang sudah rapuh duluan? Hehehehe. Alhamdulillah, waktu itu saya ga bayar apapun karena ditanggung asuransi. 

Nah, tahun 2021 awal tambalan gigi atas tersebut ilang heheheheheh. Sakit banget!

Okelah, akhirnya pada 2022 awal, saya paksa diri untuk periksa. Di Klinik Bhayangkara Boyolali, fasilitas kesehatan (faskes) yang dipilih keluarga saya untuk BPJS, saya diperiksa. Setelah didiagnosa awal oleh dokter muda, diputuskan gigi tersebut harus dicabut, tapi syaratnya saya harus dirujuk ke RSUD Pandan Arang (RSPA) Boyolali sana. (Duh, jadi takut kalau sampai harus nginep)

Lalu beginilah alur yang saya lalui sebagai peserta BPJS kelas 3 mandiri yang rajin iuaran tiap bulan, heheh. (Dulu kami memilih kelas 1, tapi waktu ada kenaikan tarif BPJS, ya kami memutuskan pindah yang iurannya paling rendah) :

  • Rabu (09/03) saya periksa kedua kali di Bhayangkara lalu dibuatkan surat rujukan ke RSPA
  • Sabtu (12/03) ke RSPA, ketemu dokter ahli (drg. Nuni Grohowati). "Wah, ini pipi dalamnya sampai merah." Katanya. Setelah periksa, saya diarahkan ke unit radiologi untuk menjalani rontgen gigi (panoramic). 

Salah satu fungsi rontgen gigi jenis tersebut adalah mengetahui posisi gigi dan inilah hasilnya. Jadi gigi saya itu impaksi dan karies, yang impaksi tu bawah. 

hasil rontgen gigi panoramic
hasil rontgen gigi panoramic

  • Rabu (16/03) saya datang ke RSPA pagi untuk mengambil hasil rontgen dan pada 09.00 dilakukan tindakan untuk gigi bawah saya. Setelah dijahit dan entahlah diapakan (yang pasti gak sakit, karena dibius), saya diminta untuk menggigit kapas selama 1 jam. Saya langsung ke Sekolah lagi buat ngajar loh... padahal habis itu mulut saya ga bisa dibuka... siswa jail bilang, "Frau, habis ini makan bakso sama mieayam yang panas yuk?" hissh, padahal saya ga boleh makan panas-panas dulu.
mau periksa gigi
mau periksa gigi


Ini foto saya pas di Kelas, untung hari itu penilaian bicara, jadi saya ga banyak omong.


Saran sebelum cabut gigi : Makan yang cukup, karena setalah dicabut gigi, kita akan  susah buka mulut, hehehe dan jadinya susah makan.... 

Ini foto gigi saya (heheh, maaf ya ga disensor) yang boleh dibawa pulang.

foto gigiku dicabut
foto gigiku dicabut

foto gigiku dicabut
foto gigiku dicabut


  • Rabu (23/03) kontrol gigi ke RSPA dan ditanyai kapan saya siap dicabut gigi atasnya? Saya bilang secepatnya. Akhirnya, minggu berikutnya saya diminta ke Sana lagi.
  • Rabu (30/03) cabut gigi atas. Hari itu saya datang agak terlambat dan harus antri lumayan lama. Proses cabut gigi atas termasuk cepat dan efeknya gak sakit-sakit banget. Alhamdulillah, gak harus dijahit, jadi enak aja. Saya bisa ngomong panjang lebar setelah dicabut gigi atas, berbanding terbalik waktu gigi bawah dicabut. Perlu waktu seminggu untuk normal ngomong dan makan.

Saya diberi obat dan antibiotik setelah cabut gigi. Alhamdulillah tidak ada keluhan setelahnya.

Apakah semua ini bayar? Tidak, dengan BPJS kelas 3 saya tidak perlu bayar apapun terkait tindakan ke gigi saya. Hmm, paling cuma keluar biaya parkir saja kok hehehe.

Terima kasih, BPJS! Selama ini saya gak ada masalah aneh dengannya, yang penting kewajiban bayarnya dipenuhi. Walau kelas 3, saya tidak merasakan perbedaan dalam penanganan. Lancar dan santai.

Terima kasih dokter gigi di RSPA. Keren deh kalian!

Terima kasih gigi

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengalaman Cabut Gigi dengan Menggunakan BPJS Kelas 3"

Post a Comment

Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D